Rasa Ini (Siviel)
COPAS
“Vi, kamu inget gak tempat ini?”Tanya cowok yg sedang berdiri di sampingnya
“Masih ingat aja kamu, Vi?”
“Tempat ini gak akan bisa aku lupain, Yo!”
“Kamu tau tujuanku ajak kamu kesini apa?” Sivia hanya menggelengkan kepala dan menatap Rio tajam. Sivia ikut berdiri di samping Rio yg sedari tadi berdiri menatap langit pada malam itu. Akhirnya Rio duduk di rerumputan dan disusul oleh Sivia.
“Kamu ajak aku kesini kenapa, Yo?”
“Ditempat ini hubungan kita terjalin, Vi. Dan ditempat ini aku juga akan mengakhiri hubungan kita.”
“Kamu ngomong apa sih, Yo? Jangan bercanda deh! Aku gak suka.”
“Aku gak bercanda. Aku serius. Aku minta putus, Vi?”
“Tapi kenapa kamu minta putus? Kamu udah gak sayang sama aku, Yo! Apa rasa sayang aku ke kamu kurang sampai-sampai kamu minta putus?”
“Aku sayang sama kamu, Vi. Sangat sayang malah. Tapi aku harus mengakhiri hubungan ini karena ada alasan tertentu.”
“Apa alasan kamu, Yo?” Sivia mulai tidak bisa membendung air matanya
“Kamu taukan aku memiliki prinsip di hidupku kalo aku gak akan mau pacaran jarak jauh. Nah, itu alasan aku. Aku bakal pindah ke Manado, Vi. Sebenernya aku gak mau. Aku udah nolak ke mamaku, tapi apa dayaku. Aku harus menuruti apa mau mamaku, Vi? Maafin aku, Vi. Aku minta kamu segera lupain aku agar aku bisa tenang saat aku ada di Manado nanti.”
“Kamu bakal pindah ke Manado, Yo? Itu artinya kamu gak akan balik lagi ke Jakarta.”
“Iya, kemungkinan besar aku gak balik ke Jakarta lagi. Makanya aku pengen kamu cepet-cepet lupain aku.” “Kapan kamu berangkat, Yo?”
“Besok pagi jam 10. Dan aku harap Vi, kamu gak dateng saat aku akan pergi. Aku minta kamu jangan ikut untuk melepas kepergianku. Aku berharap tidak ada kehadiran kamu di bandara besok karena aku takut aku gak akan kuat melihat kamu menangis dan aku akan ragu-ragu kembali dengan keputusan yg aku ambil. Aku berharap kamu gak dateng, Vi?”
“Baik kalo itu mau kamu, Yo! Aku gak akan datang seperti apa yg kamu harepin. Makasih buat semuanya. Makasih buat kejutan hari ini yg begitu berkesan buat aku. Maaf kalo selama ini aku begitu manja sama kamu, maaf kalo selama ini aku begitu egois, maaf aku gak bisa jadi yg terbaik buat kamu. Dan juga maaf kalo aku gak bisa lupain kamu nantinya. Dan yg terakhir, maaf kalo aku masih sayang sama kamu. Aku mau pulang dulu, Yo! Selamat tinggal Rio. Semoga kamu menemukan kebahagiaan di sana. Permisi.” Sivia meninggalkan Rio di taman tersebut sendiri.
Sivia begitu sakit hati dengan pernyataan Rio barusan. Dia tidak percaya bahwa hubungan yg telah berjalan 3 tahun ini harus berakhir sampai sini. Rio yg menatap kepergian Sivia langsung membenamkan wajahnya dan menutup mukanya dengan kedua tangannya.
“Maaf, Vi. Ini yg terbaik buat kita berdua. Maafin aku yg udah mengingkari janji kita dulu. Tapi perlu kamu tau, aku gak akan lupain kamu walaupun aku meyuruhmu melupakan aku. Aku sayang banget sama kamu, Vi.”begitulah ucapan Rio saat merasa dirinya kini sendiri.
Sivia berlari menuju kamarnya dengan muka yg begitu sedih. Air matanya bercucuran di pipinya. Melihat hal itu, Ray adik Sivia menghampiri Sivia di kamarnya.
“Kak, Ray boleh masuk?” Sivia hanya mengangguk.
Terlihat Sivia yg menangis di balik badannya yg tidur tengkurap di tempat tidurnya. Ray melihat Sivia sedang memandang foto Sivia bersama Rio dan juga barang-barang pemberian dari Rio. Ray menghampiri Sivia.
“Kakak kenapa? Cerita dong sama Ray. Jangan disimpen sendiri!”
“Gue putus sama Rio, Ray?”
“Hah? Kok bisa?"
“Dia bakal pindah ke Manado dan dia mengakhiri hubungan kita di tempat di mana dia nembak gue dulu. Sakit Ray, sakit yg gue rasain saat ini. Gue gak tau harus gimana?”jelas Sivia sambil menangis
“Kak, kakak yg sabar aja? Mungkin dibalik ini semua, ada kebahagiaan yg kakak sendiri gak tau apa. Ray Cuma bisa kasih saran aja ke kakak, lupain kak Rio pelan-pelan. Gue yakin loe bisa,kak.”
“Makasih ya, Ray?” Sivia memeluk Ray yg sedari tadi mencoba menghibur Sivia yg sedih. Sivia kini menangis di dada Ray, Ray hanya bisa mengelus-ngelus rambut kakaknya. ’Mungkin dengan kak Sivia menangis di dada gue, kesedihan kak Sivia bisa berkurang’pikir Ray dewasa.
Keesokan harinya jam 10 pagi.. Sivia tidak datang mengantarkan Rio. Sivia hanya duduk di taman dimana Rio menembak dia dan juga memutuskan dirinya. Tak henti-hentinya Sivia menangis sedih mengingat kejadian tadi malam di tempat ini.
“Selamat tinggal Rio! Selamat tinggal masa laluku! Selamat tinggal kenanganku! Selamat tinggal cintaku!”begitulah ucapan Sivia ketika melihat pesawat yg melintas di atasnya. Keluarlah air mata Sivia yg begitu deras. Hampir satu jam Sivia menangis di taman itu.
“Vi?”panggil seseorang yg juga menepuk bahu Sivia
“Iyel?”
“Iya ini gue? Loe kenapa nangis? Masih mikirin Rio ya?”Tanya Iyel yg kemudian duduk di samping Sivia
“Loe abis nganterin Rio ke bandara ya?”
“Iya. Loe belom jawab pertanyaan gue?”
“Gue gak bisa nerima kenyataan ini, Yel. Hati gue begitu sakit menerima ini semua. Gue harap ini mimpi, tapi gue sadar ini bukan mimpi. Ini nyata?”air mata Sivia kembali terjatuh
“Loe gak boleh kayak gini, Vi. Loe harus bisa lupain Rio. Itu amanah Rio yg diberikannya ke gue sebelum dia pergi. Gue minta loe gak sepenuhnya lupain Rio, tapi gue minta loe lupain aja kenangan loe pelan-pelan sama Rio. Gue yakin loe pasti bisa? Gue udah jadi sahabat loe berapa taon, Vi? Dan gue harap loe mau lakuin ini semua.”
“Apa gue bisa, Yel?”
“Bisa. Pasti bisa! Loe denger kata-kata gue SIVIA PASTI BISA LAKUIN INI SEMUA”
“Gue bakal coba. Tapi gue minta, buat hari ini aja. Biarin gue nangisin kepergian Rio untuk yg terakhir kalinya.” Sivia kemudian meneteskan kembali air matanya yg sebelumnya dia hentikan. Iyel hanya memandang Sivia dengan tatapan kasian. Iyel mamberikan pundaknya untuk Sivia menangis. Sivia pun manaruhkan kepalanya dipundah Iyel dan menangis sepuasnya. Tanpa disadari mereka, sosok wanita memperhatikan adegan tersebut dengan sedikit amarah.
“Ify..Ify..”panggil Iyel
“Kenapa sih, Yel?”
“Kamu kenapa sih kok hari ini jutek banget sama aku. Apa aku ada salah sama kamu. Selama pelajaran ini kamu diemin aku mulu.”
“Kamu masih nanya salah kamu, Yel? Cewek mana yg gak marah kalo liat cowoknya pelukan sama cewek lain di tempat umum.”
Iyel menyadari apa yg dimaksud Ify, pacarnya.
“Ya ampun, Fy. Kamu cemburu nih ceritanya. Kemaren aku Cuma ngehibur Sivia aja. Gak lebih. Diakan habis ditinggal sama mantan pacarnya ke luar kota. Dan tentunya Sivia butuh hiburan dong!”
“Beneran kamu gak ada hubungan apa-apa sama Sivia?”
“Bener sayang. Aku sama Sivia Cuma sebatas sahabat doang aja kok! Kamu percayakan sekarang sama aku?” Ify hanya mengangguk dan tersenyum menatap Iyel yg daritadi memohon agar Ify tidak marah padanya. Ya, Ify adalah pacar Iyel. Mereka sudah berpacaran selama 1,5 tahun. Mungkin lebih sebentar daripada hubungan Sivia dengan Rio dulu. Tapi mereka terlihat sering bersama dan jarang ada pertengkaran di antara mereka.
Sivia yg sudah menerima kepergian Rio sedang sendirian di kamarnya. Dia menyimpan barang-barang pemberian Rio di dalam sebuah kardus. Dari boneka, gelang, lampu belajar, samapi foto-foto mereka berdua. “Gue harus bisa lupain loe, Yo!”Sivia hanya menatap sebentar foto tersebut lalu memasukannya ke dalam kardus yg ada di depannya.
“Ray!!”teriak Sivia
“Ada apa sih, kak? Teriak-teriak gitu.”kata Ray yg keluar dari balik pintu kamar Sivia
“Bantu gue ya?”
“Apaan?”
“Simpen nih barang-barang di gudang. Gue gak mau liat lagi.”
“Sipp!!”
Ray mengerti apa isi kardus yg ada di tangannya saat ini.
‘Baguslah kak, kalo loe udah bisa lupain kak Rio pelan-pelan’batin Ray lalu pergi meninggalkan Sivia di kamarnya sendiri.
Sivia merasa bosan dan langsung mengambil hapenya yg tergeletak di meja belajarnya. Dia segera menghubungi seseorang. Ia mencari nama di buku teleponnya dan langsung menekan tombol hijau di hapenya.
“Halo Iyel?”
“Iye, kenapa Vi?”
“Jalan yuk! Gue males dirumah gak ngapa-ngapain. Loe bisa kan?”
“Bisa kok! Oke, gue jemput loe sekarang ya?”
Semakin lama kedekatan Iyel dan Sivia semakin dekat. Entah apa yg membuat sivia nyaman berada di dekat Iyel. Dari lubuk hatinya, Sivia takut disebut perusak hubungan orang karena Sivia tau Iyel sudah ada yg memiliki. Tapi entah mengapa, Sivia tidak bisa menjauh dari Iyel?
“Kutak percaya, kau ada disini Menemaniku di saat dia pergi Sungguh bahagia, kau ada disini Menghapus semua sakit yg kurasa” Itu adalah ungkapan hati Sivia saat ini. Dia bingung dengan perasaannya saat ini. Apakah dia mencintai Iyel, atau tidak? Tapi Sivia sadar, dia mencintai orang yg telah dimiliki oleh orang lain.
***
“Yel?”panggil Ify
“Apa, Fy?”
“Kamu tambah deket ya sama Sivia, banget malah.”
“Kamu kenapa sih, Fy? Aku sama Sivia gak lebih dari sahabat.”
“Tapi kamu selalu ada waktu buat dia, tapi kamu malah jarang ada waktu buat aku. Aku sebagai pacar kamu perlu curiga sama kamu. Apa kamu punya perasaan sama Sivia?” DEG! Jantung Iyel serasa berhenti sejenak ketika mendengar kata tersebut. Jujur, dia sangat menyanyangi Sivia. Tapi dia tidak tau sayang sebagai sahabat atau lebih. Dan buat Ify, dia merasa jika dia dekat dengan Ify hatinya tidah sebahagia jika dia dekat dengan Sivia. Iyel dibuat bingung dengan pertanyaan Ify tadi.
“Jawab, Yel?”
“Em..aku gak tau”
“Kenapa kamu bisa bilang gak tau? Jadi bener kamu suka sama Sivia. Kalo gitu, mungkin Sivia terbaik buat kamu. Aku minta putus, Yel?”
“Putus Fy? Tapi kenapa?”
“Karena aku gak bisa jadi yg terbaik buat kamu. Maaf Yel?” Ify pergi meninggalkan Iyel sendiri di kelasnya. Iyel merasa bersalah pada Ify, tapi apa mau dikata. Iyel sangat menyayangi Sivia. Tidak bisa dipungkiri hal tersebut.
***
~Ditempat Lain
“Vi, gue putus sama Ify?”
“Kok bisa? Kapan?”
“Tadi siang di sekolah. Ify mutusin gue.”
“Gara-gara gue ya?”
“Gak kok! Oya, gue balik dulu ya. Udah sore. Pamitin buat Ray sama ortu loe!” Sivia memandang kepergian Iyel dari rumahnya. Hati Sivia merasa senang saat dia mendengar Iyel putus dengan Ify. Ia pun tersenyum gembira saat dia berjalan menuju kamarnya. Di kamarnya Sivia bernyanyi
“Mungkinkah kau merasakan Semua yg ku pasrahkan Kenanglah kasih.. Kusuka dirinya, mungkin aku sayang Namun apakah mungkin Kau menjadi milikku Kau pernah menjadi Menjadi miliknya Namun salahkah aku Bila kupendam rasa ini..” Ray yg gak sengaja mendengar nyanyian Sivia langsung menuju ke kamar kakaknya
“Kenapa loe, kak?”
“Ray, gue mau Tanya sama loe? Boleh gak gue jatuh cinta sama sahabat gue sendiri?”
“Ya bolehlah! Tunggu..sahabat loe sendiri, kak. Berarti kak Iyel dong? Kakak suka sama kak Iyel.” “He’em”hanya kata tersebut yg Sivia ucapkan dan seutas senyuman manis dari bibir Sivia
“Tapi dia pernah jadi milik orang lain?”
“Trus kenapa, kak? Mau dia pernah milik orang kek, hewan kek, yg penting sekarang statusnya sendiri,”
“Iya juga sih! Thanks ya Ray, loe emang adek gue yg paling jenius deh!”
***
“Yel, gue ajak loe ke taman ini soalnya gue mau ngomong sesuatu sama loe?”ucap Sivia
“Apa Vi?”
“Maaf sebelumnya kalo gue lancang sama loe. Gue Cuma mau bilang kalo gue sayang sama loe, Yel. Lebih dari seorang sahabat”Sivia mengatakan hal tersebut tanpa memandang Iyel sama sekali. Iyel yg mendengarnya langsung tertawa
“Hahahaha. Via..Via..kok apa yg loe rasain sama ya kayak yg gue rasain sekarang ini?”
“Maksud loe?”
“Via, gue juga sayang sama loe. Gue juga cinta sama loe. Lebih dari sekedar sahabat.”
“Jadi??” “Loe mau jadi cewek gue?”
“Mau, Yel. Gue mau banget!” Reflek Sivia langsung memeluk tubuh Iyel yg berdiri di sampingnya.
Entah apa yg dirasakan Sivia saat ini. Senang, bahagia, gembira, lega, bercampur jadi satu. Iyel adalah sosok yg bisa mambuat hatinya menjadi tenang. Iyel pun demikian. Kisah cinta yg rumit namun berujung indah.
_End_






ini kenyataan atau cuma crita sih?
Kok klihatanx kenyataan